Minggu, 25 September 2011

Cerpen


PENASEHAT CINTA RANI
Created by: Sri Rosmayanti

M
aya…….kamu dimana…..???” teriak Rani kencang sekali, sampai-sampai telinga manusia se-antero sekolah sakit dibuatnya.
“iya…iya…aku disini Ran” sahut ku sembari membereskan buku pelajaran yang masih berserakan di atas meja.
“kamu tuh kemana aja sich? aku tungguin di kantin tapi kok gak nongol-nongol”, gerutu Rani di depan pintu kelas.
“oia…maaf aku lupa, soalnya aku ke asyikan ngerjain tugas kimia sich…!”jawabku sekadarnya.
“O..M..G..Maya…please dech… n’tu tugas kan buat minggu depan ngapain juga susah-susah dikerjain sekarang?, jangan suka nambah deret masalah di otak dech, soalnya ada masalah yang lebih penting lagi yang mau aku ceriatain sama kamu” jelasnya dengan nada so’ penting gitu.
Jam pelajaran memang telah lama usai tapi aku masih betah untuk duduk berlama-lama di kelas sambil mengotak-atik tugas kimia yang dari tadi sulit ku pahami, oh….tuhan mengapa ada pelajaran se-aneh ini di sekolah? Aneh karena dari SMP ampe SMA ni pelajaran ga masuk-masuk ke otak ku (kenapa yah..?).

“duh….ada masalah apalagi sich Ran…?. Aku tak mengerti masalah apa yang rani maksud? apakah seputar cowoknya?Hmm… mungkin 99,99% iya, karena curhatan yang selama ini aku dengar dari rani hanya seputar itu (Huft…cape dech….) Apa ga ada topik lain yang lebih menarik daripada harus membahas masalah tentang mahluk ter-GJ sedunia alias cowok?... Huft…

“May…si Arki selingkuh, tenyata diam-diam dia tuh main serong di belakang aku, sama cewek yang tak lain dan tak bukan adalah si Agnes teman aku di chers, aku benar-benar gak nyangka dia bakal berbuat setega itu, pantesan dulu saat aku masih aktif latihan si Arki tuh jadi rajin banget dan gak pernah absent sekali pun buat jemput aku ke tempat latihan, ternyata …..”. Belum sempat di menyelesaikakan ceritanya yang ngga ada titik bin komanya, uraian air mata keburu ramai membanjiri matanya, aku pun buru-buru mengeluarkan sehelai tisu untuknya.

“udah lah Ran jangan terlalu difikirin, toh cowok di muka bumi ini bukan Cuma dia kan?, apa kamu lupa sama prinsip hidup kamu, “hilang satu tumbuh seribu”, masih banyak Arki-Arki lain di luar sana yang mungkin sedang menantikan kamu”. Ucap ku untuk sekedar menghibur hatinya.

Kalau di hitung-hitung sudah puluhan kali aku mengatakan ini kepada Rani. entah kenapa teman ku yang satu ini memang mudah sekali terbuai oleh rayuan laki-laki, setiap ada laki-laki yang menyatakan cinta padanya dengan mudah dia menerimanya tanpa memikirkan konsekuensinya, bahwa dengan mudah dia pun akan di lepaskan oleh laki-laki itu, karena sesuatu yang didapat dengan mudah maka akan mudah pula untuk melepaskannya, tapi aku tahu yang dilakukannya itu hanya lah ambisi seorang perempuan yang sedang sibuk mencari jati dirinya untuk menegaskan bahwa dia lah perempuan yang paling laku dan banyak di kagumi oleh kaum laki-laki, tapi hal itu merupakan pembuktian yang sangat salah, aku juga tahu bahwa selama ini Rani sangat berambisi sekali untuk mengalahkan si Ocha sang primadona sekolah, dengan seribu koleksi pacarnya, itu pun belum termasuk yang di meseumin.

“ Tapi May aku sayang banget sama dia, lebih dari apapun” tangisnya menjadi.

“ iya aku tahu, aku sudah mendengar kata-kata itu ribuan kali darimu, tapi apakah kamu rela terus memikirkan cowok yang jelas-jelas bermoral minus seperti dia” Nasehat ku kepada Rani yang rasanya sudah hampir membusa.

Si Arki memang beda dari cowok lain yang pernah di pacari oleh rani, entah pelet apa yang dia punya sampai-sampai Rani bisa cinta mati sradium 4. Padahal dia itu cuman anak minang yang tak sengaja terseret tsunami sehingga dia sekolah disini, parasnya pun tidak telalu tampan malah terkesan pasaran, wajah seperti dia banyak aku jumpai di terminal Ups…. tapi jujur saja si Arki itu memang punya kharisma yang cukup membuat cewek di sekolah ini kelepek-kelepek, apalagi dengan kemampuannya dalam beladiri khas Negara sakura taekwondo yang semakin menambah daya tariknya. Cewek mana yang gak ngiler kalo ngeliat dia ? tapi tidak dengan ku, mungkin aku ini adalah satu-satunya mahluk berjenis kelamin cewek yang masih sehat walafiat di sekolah ini yang tidak terjerat olehnya, karena apa sich yang bisa ku bangga kan dari si Arki? Nothing…!

“ yah…. mungkin kamu benar May, buat apa aku menangisi cowok seperti dia, dasar cowok brengsek, gak punya otak dan bermoral tiarap!”. Tegas Rani sembari mengahapus air mata yang dari tadi membanjiri pipinya.

“syukurlah akhirnya kamu sadar juga, ya udah mendingan sekarang kita pulang yuk…bentar lagi kayanya mau ujan nich”, ajak ku pada Rani yang tengah sibuk merapikan mukanya yang kusut akibat uraian air mata dan sejuta kekesalan yang masih sedikit nampak di rona wajahnya, dan kami pun pulang dengan suasana hati yang tentu saja berbeda, Rani yang mungkin sibuk menata hatinya kembali untuk bisa menapaki hari esok agar lebih baik lagi dari hari ini, dan aku, yah… tentu saja dengan fikiranku yang hanya tertuju pada segudang tugas yang tadi  belum sempat ku selesaikan.

Selama perjalanan pulang kami memang tak banyak berbicara, sungguh berbeda jauh dari hal yang biasanya kami lakukan saat pulang sekolah, biasanya kami pulang sekolah dengan wajah yang ceria, seolah kamilah mahluk yang paling bahagia di jagat raya ini, walaupun fikiran kami agak kusut setelah beberapa jam di service oleh tumpukan pelajaran. Tapi hari ini, yah…beginilah nampak seperti orang yang sedang berduka cita, mungkin juga, karena hari ini ada seorang laki-laki buaya darat yang telah mati bagi Rani.

“Aku duluan yah may..”. ucap Rani saat kami sampai di sebuah perempatan jalan, yang setiap harinya mempertemukan dan memisahkan kami.

“oh..ya Ran hati-hati yah…” ucapku seiring membalas lambaian tangan Rani, dan dalam sekejap dia sudah menghilang dari pandangan.

Aku pun mulai meneruskan langkahku yang hanya tinggal beberapa meter lagi menuju pelabuhan ku yaps…apalagi kalo bukan rumah.

“ tok..tok..tok…Assalamualaikum…..mah…aku pulang” ucap ku saat mendarat di depan pintu rumah yang sudah tak sabar ingin ku masuki sejak tadi.

Akan tetapi setelah berulang kali aku mengetuk-ngetuk pintu  terus saja tak ada jawaban dan tak nampak sebatang hidung pun yang hendak keluar dari rumah.
Aduh…mamah kemana sich? dengan perasaan yang sangat kesal aku pun terus-menerus mengetuk pintu dengan keras, sehingga semua pernak pernik yang menggelantung di depan rumah bergetar, laksana gempa kecil di tengah kemarahanku yang sudah di ubun-ubun, saking kerasnya sampai-sampai ada sebuah benda yang jatuh dari atas pintu dan menimpa kepala ku yang malang ini.
Aww…sakit sekali, buru-buru kuambil benda itu yang telebih dahulu transit di kepalaku, yang ternyata benda itu adalah kunci rumah yang dibungkus oleh secarik kertas yang berisikan pesan dari mamah

|”De mamah lagi kepasar baru sama bibi, mungkin pulangnya agak sore”
mamah

Untung memo dari mamah tadi udah ke baca, coba kalau nggak alamat berada di luar seharian nich, gila aja kalau sampai kaya gitu, mana badan udah bau naga lagi. Uh… akhirnya masuk juga, langsung saja aku melepaskan semua asesoris sekolah yang menempel di badan dan menggantinya dengan yang biasa aku pakai di rumah.

Aku pun duduk-duduk sejenak di jendela kamar untuk sekedar menghela nafas, dan memang hal itu sudah menjadi tradisi yang selalu aku lakukan setelah pulang sekolah, entah mengapa di sana aku seakan mendapatkan angin segar yang hanya aku saja yang bisa merasakannya, jiwa ku pun kembali segar laksana sebuah handphone yang telah di charge, setelah lama berada di tempat itu, tanpa sadar fikiran ku melayang pada sosok Rani teman ku yang selama ini menghiasi hari-hari ku dengan sejuta curhatannya tentang semua cowok yang pernah ia pacari dan ia kagumi.

Aku masih ingat betul ketika pertama kali kenal dengannya, saat itu kami sama-sama tercatat sebagai siswa baru di sebuah SMA swasta di Bandung dan mengikuti masa orientasi selama satu pekan penuh, dan kebetulan kami berdua berada dalam satu local yang sama, terang saja hal itu semakin mempermudah proses perkenalan kami yang sepertinya sudah sangat di rencana kan oleh yang Maha Kuasa.

Tak kurang dari setahun, setidaknya aku sudah mulai bisa menangkap dan memahami watak teman ku ini, yang agak sidikit naïf, dan ke kanak-kanakan, maka dari itu aku menganggap dia seperti adik ku sendiri yang senantiasa menemaninya dengan sejuta nasehat teduh di kala hatinya sedang gersang. Soal fisik tak usah diragukan dia cantik dan menawan bak bidadari yang turun dari kahyangan begitulah kiranya ucapan segelintir kaum adam yang sempat mampir di telingaku, memang sebagai wanita aku pun mengakui hal itu dan mungkin jika aku terlahir sebagai laki-laki aku pun akan sama seperti mereka yang tergila-gila pada sosok hawa yang terwujud dalam diri Sang Maharani Pratiwi itulah nama lengakapnya
****.

“May tau ga tadi sich si Doni nembak aku loh…..” ucap Rani dengan penuh rasa bahagia.
“Oyah….?? Terus-terus kamu terima atau kamu tolak..?” tanya ku penasaran.
“Yah…..aku terima lah, walaupun aku gak begitu respect sich sama dia, liat dong tampangnya yang gak banget dech, udah culun, kuper, terus kaca matanya kaya spion mobil…!”. Jawabnya santai.

“Kalau gitu kenapa kamu terima dia, kalau cuma buat nyakitin hatinya?” aku sedikit menaikan nada bicaraku.

“Secarra gitu yah dia tuh kan ketua OSIS orang yang rumayan berpengaruh lah di sekolah ini, tentunya dengan mempertimbangkan asas kemanfaatan” ucapnya dengan tawa kecil yang penuh dengan kepuasan.
“Ran-ran kapan sich kamu mau berubah? Aku gak mau loh kalo sampai suatu hari nanti kamu kena karma gara-gara kamu suka mainin cowok?” nasehatku pada rani.
“Alah…siapa sich karma? Tu kan Cuman judul lagu grup band coklat aja kan?!”. Tandas dia.
“Ya sudah aku cuman nasehatin kamu aja ko”. sahutku yang rumayan agak kesal.
Selang satu minggu setelah Rani meprokalmasikan hari jadiannya dengan si Doni, Rani kembali membuat gempar penghuni sekolah dengan berita putusnya dengan Doni, secara blak-balakan dia curhat padaku dan mengatakan bahwa dia lah yang telah memutuskan Doni, karena bosan pacaran sama Doni bikin sempek mata jawab nya saat kutanya alasan ia putus. Hmm.. Gak masuk akal.
Tapi sekarang sang Arkiandra Putra mampu menaklukan sekaligus melukai hati Rani hingga hancur berkeping-keping.
Ah…Rani karma itu kah yang dulu aku maksud dan kini sedang menimpamu. Owh…mudah-mudahan bukan. Tapi apa mungkin…? Mengingat selama ini aku belum pernah mendengar Rani di putuskan oleh pacarnya selain dia sendiri yang memutuskannya, tentu dengan beragam alasan yang menurut ku tak masuk akal yang keluar dari mulut mungilnya. Dulu aku pernah mendengar Rani memutuskan salah seorang cowoknya gara-gara cowoknya itu bersin di depan dia, jadi dia bilang kalo dia itu ilfil dan minta putus saat itu juga. Hal sepele bisa berubah menjadi besar Karena Rani.

Untuk bisa berteman dengan rani aku pun  harus membayar mahal, teman-teman rohis yang dulu dekat denganku lambat laun mulai menjauhi ku, mereka seakan sepakat untuk menghapus ku dari daftar pergaulan mereka. Aku pun tak mengerti kenapa aku mau berteman dengan Rani yang jelas-jelas akan membawa pengaruh negative bagiku.
Sekali lagi aku tegaskan dalam diri bahwa aku melakukan semua ini agar bisa membuat Rani berubah dan membawanya lari dari kehidupan yang akan menyesatkannya. Aku tidak ingin menjadi manusia egois yang hanya menikmati kedamaian hidup ini sendiri.
Angin senja yang semakin kencang berhembus akhirnya menyadarkan ku dari lamunan panjang ku tentang Rani .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar